FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pakar Astronomi dan Penginderaan Jarak Jauh, Prof Tono Saksono membela Ahli Forensik Digital, Rismon Sianipar. Itu setelah akademisi Universitas Mataram itu dituding kepolisian melakukan manipulasi terhadap ijazah Presiden ke-7 Jokowi.
Dia mengaku terusik dengan tudingan polisi. Dia menegaskan tuduhan tersebut bohong.
“Salah satu yang mengusik saya untuk datang ke sini adalah bahwa Rismon dan kawan-kawan itu, (dituduh) sudah mengubah dan memanipulasi dokumen aslinya. Itu sama sekali bohong. Itu blunder,” kata Tono dikutip dari video yang diunggah Instagram @yono_widiyono, Sabtu (15/11/2025).
Dia menjelaskan apa yang dilakukan Rismon adalah image enhancement. Sebuah langkah untuk memperjelas citra dari sebuah gambar.
“Karena image prosesing itu mengubah dalam rangka image enhancement. Adalah untuk memperoleh citra agar dia bisa more interpretable. Lebih bisa diinterpretasi,” terangnya.
Cara macam itu, kata dia, kerap dilakukan dalam bidang profesional. Seperti intelijen dan bahkan forensik.
“Itu sudah dilakukan di dunia inteljen, di dalam dunia forensik biomedikal misalnya juga ya. Itu kan sel kanker di potret, kemudian potretnya itu dianalisis secara digital. Itu kan teknik image enhancement prosesing,” jelasnya.
Dia juga mengaku kerap menggunakan hal semacam itu.
“Saya menggunakan software-software seperti itu,” pungkasnya.
Sementara itu, Rismon tidak terima dengan tudingan tersebut. Dia berencana menggugat Polri sebesar Rp126 triliun.
“Masalah siap atau enggak, harusnya penyidik yang harus lebih siap untuk menuduh kami mengedit atau merekayasa mana yang kami rekayasa. Kalau itu tidak terbukti nanti saya berencana untuk menuntut Kepolisian sebesar Rp126 triliun, satu tahun anggaran kepolisian,” kata Rismon di Polda Metro Jaya, Kamis (13/11/2025).
